Monday, June 3, 2013

bangunan INDONESIA

7 Bangunan Bersejarah Di Indonesia

Indonesia banyak bangunan yang menyimpan nilai historis yang luhur, namun sebelas objek di bawah ini juga memiliki nilai arsitektur yang sangat tinggi.
Banyak mata yang sudah mengakui keindahan dan kemegahannya. Bila Anda sedang berlibur ke suatu daerah, tentunya tidak ingin melewatkan kesempatan untuk melihat bangunan, jembatan, mesjid atau berbagai peninggalan bersejarah lainnya, yang menjadi trade mark daerah tersebut.

Meskipun banyak yang bukan merupakan hasil karya bangsa ini, tak sedikit bangunan, mesjid bahkan jembatan yang merupakan karya para arsitek negeri sendiri yang memiliki nilai arsitektural yang tinggi. Kali ini kami khusus mengajak Anda "berwisata" ke berbagai peninggalan bersejarah tersebut yang tersebar di beberapa daerah.

1.Istana Maimun
Istana Maimun telah dinobatkan sebagai bangunan terindah di Kota Medan, Sumatera Utara. Terletak di kawasan Jl. Brigjen Katamso, istana megah ini selesai dibangun sekitar tahun 1888 dan merupakan warisan dari Sultan Deli Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Sapuan warna kuning pada gedung ini merupakan warna khas Melayu.

Arsitekturnya yang unik adalah daya tarik utama dari Istana Maimun. Pengaruh Eropa terlihat jelas pada balairung atau ruang tamu, jendela, pintu dan sebuah prasasti di depan tangga yang bertuliskan huruf Latin, berbahasa Belanda. Sedangkan, ciri Islam muncul pada atapnya yang bergaya Persia yang melengkung, style yang banyak dijumpai pada bangunan-bangunan di kawasan Timur Tengah.

Bagian dalam Istana Maimun juga menarik untuk disusuri. Di balik dinding-dindingnya yang kokoh, terdapat puluhan kamar yang tersebar di dua lantai. Kemegahan pun terlihat pada singgasana, lampu kristal Eropa, kursi, meja maupun lemari. Foto-foto keluarga, senjata-senjata kuno, termasuk ruang penjara, juga ada di istana ini. Walaupun masih menyimpan benda-benda bernilai sejarah, Istana Maimun masih membolehkan wisatawan untuk berkunjung dan menikmati kemegahan sekaligus menyelami kejayaan Kesultanan Deli masa lalu.

2.Lawang Sewu
Membahas tentang arsitektur atau bangunan tua di Indonesia, tentu tak bisa lepas dari sebuah bangunan legendaris yang berdiri kokoh di Kota Semarang, tepatnya di kawasan Simpang Lima, yaitu Lawang Sewu. Bangunan yang artinya adalah "seribu pintu" ini, sesungguhnya bukan nama sebenarnya yang diberikan untuk bangunan ini.

Nama tersebut menjadi legendaris karena banyaknya jumlah pintu yang terdapat pada gedung keno ini. Dahulu, Lawang Sewu yang bergaya art deco adalah kantor perusahaan kereta api Belanda, NV Nederlandsch Indische Spoorweg Mastshappij (NIS) dan bangunan ini merupakan salah satu karya terbaik arsitek Prof. Jacob K. Klinkhamer dan B.J. Oudang.

Pemerintah Kota Semarang sendiri telah menetapkan Lawang Sewu sebagai salah satu gedung yang dilindungi. Predikat ini layak disandang oleh Lawang sewu karena gedung ini juga merupakan saksi sejarah Indonesia saat pecahnya perang sengit selama 5 hari di Semarang, antara Angkatan Muda Kereta Api melawan kompetai dan Kido Buati, Jepang.

3.Taman Sari
Taman bunga yang indah. Begitulah kira-kira arti dari nama Taman Sari. Areal pemandian ini merupakan kompleks bangunan yang sangat indah dan menjadi aset Keraton Yogyakarta. Dibangun setelah Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, tempat ini memang didesain sebagai tempat pengasingan diri Sultan Yogyakarta dan keluarganya dari hiruk pikuk dunia. Meskipun sempat luluh lantak terguncang gempa, saat ini Taman Sari sudah kembali terlihat cantik.

Taman Sari memang dirancang sedemikian rupa agar bisa menghadirkan ketenangan bagi siapapun yang berada di dalamnya. Bangunan ini juga mencerminkan style yang multikultur (Portugis, Belanda, Cina, Jawa, Hindu, Buddha, Nasrani, dan Islam). Kolam mungil dengan air mancurnya yang jernih dan pohon-pohon berbunga, menambah keasrian tempat ini. Sekaligus menjadikannya sebagai lokasi peristirahatan yang sempurna.

4.Tongkonan
Selain bangunan peninggalan kolonial, Indonesia juga memiliki sejumlah rumah adat dengan bentuk atau desain yang unik. Bangunan ini memang bukan karya seorang arsitek era modern yang menguasai segudang teori. Melainkan kreasi sekelompok manusia yang masih mencintai serta menjunjung tinggi adat istiadat yang diwariskan oleh leluhurnya. Dan Tongkonan, rumah adat masyarakat Tana Torja di Sulawesi Selatan, adalah salah satunya.

Tongkonan memang memiliki ciri khas tersendiri dibanding rumah adat lainnya. Rumah ini berupa rumah panggung dari kayu. Atapnya yang terbuat dari susunan bambu yang dilapisi ijuk hitam serta bentuknya yang melengkung seperti perahu telungkup, membuat rumah ini mirip dengan Rumah Gadang, rumah adat masyarakat Minang atau Batak. Dinding rumah yang terbuat dari kayu, juga diukir dengan aneka ukiran khas Toraja.

Ciri lain yang paling menonjol pada Tongkonan adalah adalah kepala kerbau beserta tanduknya yang meliuk indah yang disusun pada sebuah bang utama di depan setiap rumah. Jumlah kepala kerbau yang ada di setiap rumah bisa berbeda. Semakin banyak "hiasan" ini di sana, maka semakin tinggi derajat keluarga yang tinggal di dalamnya. Karenanya. Tongkonan juga menjadi salah satu daya tarik wisata Tator dan banyak diminati para pecinta foto.

5.Jembatan Mahakam
Bicara soal arsitektur tak terbatas hanya pada bangunan, rumah atau gedung. Nah, untuk kategori ini, Jembatan Mahakam 2 atau yang juga dikenal dengan Jembatan Tenggarong di Kalimantan Timur, menjadi salah satu pilihan.

Melintang di atas Sungai Mahakam di tepian Kota Tenggarong, jembatan ini adalah yang ke dua setelah Jembatan Mahakam I yang berada di tengah Kota Samarinda. Namun demikian, Jembatan Mahakam 2 mempunyai desain yang menarik dibanding "saudara tuanya" atau jembatan lainnya di Nusantara. Jembatan ini tergolong suspension cable bridge dan berdesain nyaris sama dengan Golden Gate di San Francisco, Amerika Serikat.

Wajar saja bila jembatan yang membentang sejauh sekitar 710 meter ini tak hanya berfungsi sebagai sarana transportasi, tapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Tenggarong. Menjelang senja, lampu-lampu yang terpasang pada tiang dan kebel-kabelnya akan menyala dan menyajikan sebuah panorama yang indah.

6.Mesjid Istiqlal

Jakarta yang serba modern dan dipenuhi gedung kaca, ternyata masih memiliki bangunan bersejarah dengan desain yang indah, yaitu Mesjid Istiqlal. Rumah ibadah umat muslim yang megah ini telah lama menjadi salah satu landmark Jakarta. Kokoh berdiri di atas areal seluas 9,5 hektar dan berkapasitas hingga 8.000 orang, mesjid hasil karya arsitek Indonesia, F Silaban ini, pernah menjadi yang terbesar di Asia Tenggara, sekaligus menjadi kebanggaan umat muslim Ibukota dan Indonesia. Dibangun pada masa-masa awal kemerdekaan, mesjid ini memang melambangkan kemerdekaan, sesuai dengan arti dari nama yang disandangnya.

Mesjid Istiqlal mempunyai sebuah kubah raksasa berwarna putih yang bentuknya seperti bola dibelah dua. Layaknya mesjid lain di dunia, Mesjid Istiqlal ini juga dilengkapi sebuah menara yang tingginya menggambarkan jumlah ayat yang ada pada kitab suci Al Qur'an. Sebuah bedug raksasa ikut menambah keunikan mesjid ini. Ukurannya yang amat besar, menobatkan bedug ini sebagai bedug terbesar di Indonesia!

7.Gedung Sate
Di Kota Bandung yang sejuk, Anda juga bisa menjumpai sebuah bangunan dengan arsitektur yang lain dari yang lain. Dibangun pada era kolonial Belanda, Gedung Sate, demikian gedung ini banyak disebut, merupakan salah satu daya tarik yang ada di Kota Kembang. Nama Gedung Sate sendiri muncul karena sebuah ornamen yang terlihat seperti tusuk sate di puncak menara utamanya.
Gedung Sate hasil rancangan Ir.J.Gerber, arsitek kenamaan lulusan Fakultas Teknik Delf Nederland dan timnya ini, selesai dibangun pada tahun 1924.

Bangunan ini mengadopsi gaya arsitektur era Renaissance Italia. Namun, pada bagian tengahnya terdapat menara bertingkat yang mirip dengan atap meru atau pagoda. Oleh sebab itulah, kalangan arsitek menilai bahwa Gedung Sate memiliki rancangan yang "berani beda" dan tak populer di zamannya.

Kini, di depan bangunan ini terdapat sebuah monumen untuk mengenang gugurnya para pejuang Jawa Barat saat mempertahankan Gedung Sate dari serangan pasukan Gurka. Setiap hari Minggu atau hari libur nasional, gedung ini selalu dipenuhi wisatawan.

Usai menikmati kemegahan gedung ini dari luar, Anda bisa menuju menaranya untuk menyaksikan benda-benda bersejarah. Atau bisa juga sekadar bersantai di kafe yang ada di gedung ini sambil menikmati suasana dan udara Kota Bandung yang sejuk dan segar

10 nama arsitek

Sunday, April 14, 2013


Paseban Tri Panca Tunggal
 
Kecamatan Cigugur, tepatnya di Jalan Raya Cigugur No. 1031 Kuningan terdapat cagar budaya nasional Gedung Paseban Tri Panca Tunggal. Gedung anggun bercat putih dengan deretan jendela besar sepanjang dindingnya.

Paseban Tri Panca Tunggal didirikan tahun 1860 oleh Kiai Madrais, nama yang dikenal luas oleh masyarakat Jawa Barat sebagai pemimpin aliran agama Djawa Sunda atau adat cara Karuhun Urang atau Sunda Wiwitan, aliran kepercayaan terhadap ajaran leluhur masyarakat Sunda. Aliran penghayat yang tidak memeluk satu pun agama di Indonesia.

Di tempat inilah cucu Kiai Madrais, Djatikusumah, mukim bersama keluarganya (40 orang termasuk Emilia sang istri, delapan orang anak kandung, dan puluhan anak asuh), meneruskan ajaran leluhur. Sejak tahun 1970-an, Paseban Tri Panca Tunggal ditetapkan sebagai cagar budaya nasional.

Setiap tahun, yakni tanggal 18 hingga 22 Rayagung menurut penanggalan Sunda, ratusan orang datang ke tempat ini merayakan rangkaian acara Seren Taun, ungkapan rasa syukur masyarakat agraris Sunda terhadap Gusti Yang Widi Wasa atas hasil panen.

Meski acara ini awalnya diadakan masyarakat penghayat agama Djawa Sunda namun semakin lama semakin beragam umat yang ikut merayakan, komunitas multiagama. Yang datang juga bukan hanya masyarakat Kuningan, namun ikut pula utusan masyarakat Baduy Kanekes Banten, Dayak Losarang Indramayu, Ciptagelar Sukabumi, Kampung Naga Tasikmalaya, Using, hingga perwakilan dari Aceh. Masyarakat penghayat di daerah Cigugur memang semakin lama semakin sedikit jumlahnya, sekarang malah menjadi golongan minoritas di antara penganut-penganut agama yang diakui negara.

Pada masa Orde Baru, upacara Seren Taun pernah dihentikan selama 17 tahun karena dianggap aliran sesat. Mulai tahun 1999 upacara ini mulai diadakan lagi. Seren Taun berikutnya diadakan 8—12 Januari 2007.

Kekhasan Gedung Paseban Tri Panca Tunggal adalah pilar-pilar besar dengan hiasan naga dan awan pada bagian dasarnya, menyangga langit-langit yang terbuat dari kayu. Kompleks bangunannya terdiri dari beberapa bangunan dan ruang yang menghadap ke arah barat. Peletakan ini merupakan lambang perjalanan matahari, diartikan bahwa dalam pergelaran hidup ada lahir dan mati.

Bangunan inti Paseban terdiri dari Ruang Jinem, Pendopo Pagelaran, Sri Manganti (bagian depan padaleman), dan Dapur Ageung.

Ruang Jinem membujur arah utara-selatan. Pada masa dulu ruang ini dipakai sebagai tempat saresehan/ ceramah untuk memperdalam pengertian hidup dan kehidupan serta mengenal dan merasakan adanya cipta, rasa, dan karsa.

Di Ruang Pendopo dapat ditemui banyak perlambang ajaran Kiai Madrais, seperti relief bertuliskan aksara Sunda, Purwa Wisada, yang berarti cipta dan karsa adalah ketentuan sebagai hukum kodrati. Ada pula burung garuda di atas lingkaran yang ditunjang dua ekor naga yang saling terkait, melambangkan harus adanya pengertian antara pria dan wanita dalam menghadapi hidup.

Ruang Sri Manganti adalah sebagian dari ruangan Padaleman (ruang lebet) yang membujur dari utara ke selatan. Tempat ini digunakan untuk penyelenggaraan upacara-upacara pernikahan, untuk merundingkan masalah seperti persiapan upacara Seren Taun, dan memecahkan masalah-masalah keluarga.

Dalam ruangan ini pula ditempatkan Bale Kancana, yakni pelaminan khusus keluarga yang pada masa dulu sebagai palinggihan. Ruang padaleman berbentuk segi empat yang di tengahnya terdapat sebuah ruangan yang merupakan bangunan tersendiri. Bangunan tengah ini merupakan ruang tempat penyimpanan buku-buku sejarah dan keagamaan dari segala agama.

Dapur Ageung adalah tungku perapian terbuat dari semen yang di empat sudutnya terdapat naga bermahkota. Hal ini menggambarkan adanya perikemanusiaan (mahkota) mengatasi nafsu yang harus diarahkan dalam bimbingan kehalusan budi manusia.

Adanya Dapur Ageung seringkali dijadikan alasan pihak lain menuding bahwa Kiai Madrais dan pengikutnya sebagai orang-orang penyembah api dan bersembahyang di depan api. Padahal tudingan itu sama sekali tidak beralasan.

Dua kali seminggu di Paseban Tri Panca Tunggal diadakan pelatihan keterampilan menari, menembang, dan dongeng bagi siswa-siswi TK hingga SMA. Selain itu diajarkan pula pelajaran budi pekerti, hal mata pelajaran yang sudah bertahun-tahun dihilangkan dari kurikulum sekolah. Bagi ibu-ibu diajarkan membatik motif khas Cigugur, motif yang sudah lama terlupa.

Selain pada perayaan Seren Taun, pintu Paseban terbuka lebar bagi masyarakat yang ingin berkunjung. Baik itu sekadar melihat-lihat fisik gedung, memancing, belajar membatik, atau berdiskusi dengan Djatikusumah.

Keramahan Djatikusumah dan keluarga membuat perbincangan yang berjam-jam terasa singkat. Apalagi sambil ditemani suguhan kampung berupa labu rebus, ubi rebus, pisang goreng, serta secangkir kopi di tengah kesejukan angin Gunung Ciremai saat senja.

Wednesday, April 10, 2013

arsitektur klasik

http://youtu.be/zd_atrlSrZU

Sunday, April 7, 2013

PESANGGRAHAN

Pesanggrahan adalah sebuah bangunan klasik yang menjadi icon di daerah kami, pesanggrahan juga merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat penginapan bagi tamu-tamu yang datang dari luar daerah kami.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes